BAKTI KEPADA ORANG TUA

BAKTI KEPADA ORANG TUA

Sebelum  menikah dan sesudah menikah ibu menderita setiap bulan, ibu mengalami datangnya tamu tak diundang, seringkali menjadikannya mual, menjadikannya sakit. Tetapi itu diterimanya, karena itu adalah persyaratan untuk mendapatkan seorang anak.

Kemudian setelah mengandung ibupun mengalami aneka gangguan yang dialaminya, dan diterimanya dengan senang hati.

Ketika menyusui ibupun menderita, oleh karena itu digaris bawahi apa yang dialami ibu sebelum melahirkan dan setelah melahirkan. Ketiga hal itu tidak dialami oleh seorang ayah. Karena itu wajar jika agama berkata dalam konteks pengabdian “ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu”.

Tetapi jangan berkata bahwa ayah tidak berkorban samasekali, seorang ayah pada hakekatnya harus mendampingi ibu  dalam tiga kesulitan yang dihadapi ibu, dan kerena itu bakti kepada ayahpun dituntutnya.

Bakti bukan berarti tidak mendurhakainya, tidak mendurhakai ibu bapak belum dinamakan bakti, tetapi bakti yang dituntut adalah mensyukurinya  dan berbuat sebaik mungkin kepada keduanya. Mensyukuri ibu bapak adalah menerima yang sedikit darinya dan menganggap banyak apa yang diberinya, dan memberinya yang banyak tetapi menganggapnya sedikit. Bakti yang dituntutnya bukan sekedar berlaku adil tetapi memberi sebanyak mungkin untuk keduanya sesuai dengan kesanggupan anak.